Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ke Indramayu

DENGGOL Bicara Siapa Dia:Dampak Iklim Waspadai Bencana

SORANA.CO.ID-INDRAMAYU JAWA BARAT:Ketua Umum Forum Indramayu Studi (FIS), Arif Rofiuddin berkunjung ke kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang berlokasi di Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan-Banten. Dalam kunjungannya, Arif bertemu dengan Budi Harsoyo, yang saat ini menjalankan amanah sebagai Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca – BRIN pada Rabu, 3/8/2022.

Budi Harsoyo sejatinya adalah putera daerah asli Indramayu. Kiprahnya saat ini di tingkat nasional cukup membanggakan. Unit Kerja yang dikoordinirnya saat ini telah banyak berkiprah dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologis di Indonesia, seperti bencana kekeringan, banjir atau bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang rutin terjadi tiap tahun di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Dalam kunjungannya, Arif banyak berdiskusi dengan Budi terkait iklim dan cuaca serta Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau yang banyak dikenal masyarakat awam dengan sebutan hujan buatan. Arif secara khusus menyebut peluang penerapan TMC untuk memajukan sektor pertanian di Indramayu.

Indramayu yang dikenal sebagai daerah lumbung padi nasional kerap terganggu produktivitasnya karena faktor iklim dan cuaca, baik saat terjadi bencana kekeringan ataupun saat terjadi banjir. Untuk itulah Arif berharap teknologi ini dapat diterapkan di Indramayu untuk membantu petani dalam mempertahankan produktivitasnya.

Dengan semakin meningkatnya frekuensi kejadian bencana kekeringan dan banjir sebagai dampak perubahan iklim dalam beberapa waktu belakangan ini, Arif berharap masyarakat petani di Indramayu dapat lebih memahami fenomena iklim dan cuaca sehingga mampu menyikapi fenomena perubahan iklim dalam proses bercocok tanam dengan lebih baik.

“Fenomena perubahan iklim yang telah dirasakan dampaknya saat ini menyebabkan periode musim hujan ataupun kemarau menjadi sulit ditebak. Oleh karenanya, masyarakat petani di Indramayu perlu mendapatkan edukasi akan hal ini. Terlebih lagi jika ada bantuan penerapan teknologi yang dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian di Indramayu, sehingga pamor Indramayu sebagai daerah lumbung padi nasional tetap terjaga,” kata Arif.

Sementara itu Budi Harsoyo menyatakan, ketahanan produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Ketersediaan air selama musim kemarau merupakan hal yang sangat urgen bagi keberlangsungan hidup tanaman. Apalagi saat ini cuaca tidak menentu.

“Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap sistem produksi beras nasional adalah faktor iklim, yang terkait langsung dengan ketersediaan air. Oleh karenanya, perlu ada jaminan suplai air irigasi secara kontinyu selama periode masa tanam padi. Masyarakat petani juga perlu banyak belajar untuk dapat membaca fenomena iklim dan cuaca karena saat ini variabilitas iklim dan cuaca, khususnya curah hujan sudah semakin tidak menentu polanya,” ujar Budi.

Dalam perbincangan tersebut, Budi juga menceritakan sejarah penerapan TMC di Indonesia yang bermula dari gagasan Presiden Soeharto, yang menginginkan dilaksanakannya kegiatan hujan buatan di Indonesia untuk memberikan dukungan kepada sektor pertanian di Indonesia. Beliau ingin mencontoh keberhasilan sektor pertanian di Thailand, salah satu negara tetangga Indonesia, yang melakukan aktivitas hujan buatan untuk mendukung kebutuhan air untuk sektor pertaniannya.

Gagasan tersebut direspon oleh Prof. Dr. Ing. BJ Habibie yang saat itu menjabat selaku Penasihat Presiden Bidang Teknologi dengan melakukan proyek percobaan hujan buatan pada 1977 di daerah Bogor, Sukabumi dan Solo dibawah asistensi Prof. Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.

Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa sebenarnya sebagian masyarakat petani di Indramayu secara tidak langsung selama ini telah menerima manfaat hasil pelaksanaan modifikasi cuaca yang rutin diterapkan di DAS Citarum, Jawa Barat.

“Atas permintaan dari Pengelola Waduk, kami rutin melaksanakan operasi TMC di DAS Citarum setiap tahun untuk tujuan mengisi air 3 Waduk Kaskade Citarum, yaitu Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur. Tambahan air di ketiga waduk ini dimanfaatkan oleh PT Indonesia Power selaku Pengelola Waduk Saguling dan PT Pembangkitan Jawa-Bali selaku Pengelola Waduk Cirata untuk tujuan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sementara oleh Perum Jasa Tirta II selaku Pengelola Waduk Jatiluhur, airnya selain untuk kebutuhan PLTA juga dimanfaatkan untuk kebutuhan air baku dan irigasi pertanian di daerah hilir, termasuk sebagian area pertanian di wilayah Indramayu,” jelas Budi.

Arif Rofiuddin menyampaikan terima kasih kepada Bupati Indramayu Nina Agustina Da’i Bachtiar yang begitu peduli dengan petani. Tidak lupa dirinya juga berharap bahwa pertanian di Kabupaten Indramayu dibawah kepemimpinan Bupati Nina Agustina dapat terus meningkat produktivitasnya sehingga predikat lumbung padi nasional terus lestari.

Diakhir kunjungan FIS ke BRIN, Arif berharap agar BRIN dapat bekerjasama dengan FIS dan Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu untuk melakukan kegiatan yang produktif di Indramayu.(ras/ind//sorana.co.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here